PENGERTIAN
ORGANOLOGAM
a.
Kimia organologam adalah studi mengenai
senyawa kimia yang mengandung ikatan antara karbon dan logam.
b.
Kimia organologam menggabungkan aspek
aspek kimia
anorganik dengan kimia organik.
c.
Fungsi utama senyawa organologam
adalah sebagai katalis pada reaksi kimia.
d. Sifat senyawa organologam yang umum
ialah atom karbon yang lebih elektronegatif daripada kebanyakan logamnya.
IKATAN
ORGANOLOGAM
Terdapat dua macam
ikatan organologam, yaitu:
· * Ikatan ionik. Ikatan ionik organologam terbentuk dari unsur yang sangat
elektropositif yaitu unsur pada golongan I, II, dan III. Organologam
dengan yang berikatan secara ionik bersifat tak larut dalam pelarut hidrokarbon
dan mudah teroksidasi.
· * Ikatan
kovalen. Ikatan kovalen organologam yang mudah
menguap terbentuk dari logam Zn, Cd, Hg, dan logam non-transisi gologan III
(kecuali aluminium), IV, dan V. Ikatan kovalen ini terbentuk dengan cara
memberikan satu elektron tunggalnya, baik dari logam maupun unsur organiknya,
untuk dipakai secara bersama. Sifat dari senyawa organologam dengan ikatan
kovalen ini mudah menguap, larut dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam
air.
Terdapat
beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan
organologam:
a. Senyawaan ionik
dari logam elektropositif
- Senyawaan
organo dari logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik,
tidak larut dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air.
- Senyawa ini
terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan
yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah.
- Kestabilan
dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan
ion karbon. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh
delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif.
- Adapun
contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+ dan
(C5H5)2Ca2+.
b. Senyawaan yang
memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan
organologam dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam
dengan suatu ikatan yang digolongkan sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada
karakter-karakter ionik dari senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam
dengan keelektropositifan yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di
atas, dan sehubungan dengan beberapa faktor berikut:
1. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih
tinggi, seperti pada SiR4 yang tidak tampak dalam CR4.
2. Kemampuan donor alkil atau aril dengan
pasangan elektron menyendiri.
3. Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit valensi
yang tidak penuh seperti ada BR2atau koordinasi tak jenuh seperti
ZnR2.
4. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara
ikatan logam-karbon (M-C) atau karbon-karbon (C-C).
c. Senyawaan yang
terikat secara nonklasik
Dalam banyak
senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak
dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau pasangan elektron/kovalensi. Misalnya,
salah satu kelas alkil terdiri dari Li, Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus
alkil berjembatan. Dalam hal ini, terdapat atom yang memiliki sifat kekurangan
elektron seperti atom Boron pada B(CH3)3. Atom B termasuk
atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi, sehingga cukup sulit
untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya.
REAKSI-REAKSI PEMBENTUKAN ORGANOLOGAM
Pada dasarnya
organologam prinsipnya yaitu atom-atom karbon dari gugus organik terikat
kepada atom logam. Konsep ini yang mendasari Organologam, sehingga
banyak cara untuk menghasilkan ikatan-ikatan logam pada karbon yang berguna
bagi kedua logam transisi dan non-transisi.
Beberapa yang
lebih penting adalah sebagai berikut:
1. Reaksi Logam
langsung: sintesis yang paling awal oleh ahli kimia
Inggris, Frankland dalam tahun 1845 adalah interaksi antara Zn dan
suatu alkil Halida. Adapun yang lebih berguna adalah penemuan ahli kimia
Perancis, Grignard yang dikenal sebagai pereaksi Grignard. Contohnya interaksi
Magnesium dan alkil atau aril Halida dalam eter:
Mg +
CH3I → CH3MgI
Interaksi langsung alkil atau aril Halida
juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2. Penggunaan zat
pengalkilasi. Senyawa ini
dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam lainnya. Kebanyakan Halida
nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat dialkilasi dalam eter atau pelarut
hidrokarbon, misalnya :
PCl3 +
3C6H5MgCl → P(C6H5)3 +
3MgCl2
VOCl3 +
3(CH3)3SiCH2MgCl → VO(CH2SiMe3)3 +
3MgCl2
3. Interaksi
Hidrida Logam atau nonlogam dengan
alkena atau alkuna.
4. Reaksi Oksidatif
adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa
dimana Alkil atau Aril Halida ditambahkan pada senyawa logam transisi
Koordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3 +
CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5. Reaksi Insersi yaitu reaksi yang menghasilkan ikatan-ikatan dengan
Karbon, sebagai contoh:
SbCl5 +
2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Atom pusat dari suatu senyawa kompleks
yang digunakan antara lain logam-logam transisi deret pertama seperti: Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Ligan dari suatu senyawa kompleks dapat mempengaruhi
bentuk geometri dari senyawa organologam itu sendiri sehingga dapat
dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia.
Tabel berikut menjelaskan tentang
perbedaan jenis ligan yang terikat pada atom pusat, dimana memberikan bentuk
geometri yang berbeda dan perbedaan reaksi yang mampu dikatalisisnya. Senyawa
komplek organologam dengan perbedaan ligan, geometri, dan reaksi yang dapat
dikatalisisnya (Blaser et al, 2000).
JENIS-JENIS SENYAWA ORGANOLOGAM
1. Alkil dan
Aril Litium (Organolitium)
Senyawa Organolitium adalah senyawa Logam Alkali yang
mempunyai sifat kelarutan dalam Hidrokarbon atau cairan nonpolar dan penguapan
yang tinggi serta mempunyai sifat khas zat Kovalen. Penggabungan Molekular
adalah suatu keistimewaan yang penting dari alkil baik dalam kristal maupun
larutan. Jadi dalam Metil lithium atom-atom Li terletak pada sudut-sudut sebuah
tetrahedron dengan gugus alkil berpusat pada bidang dihadapannya. Gugus CH3 secara
simetris terikat pada tiga atom Li, dan ikatan jembatan alkil ini adalah dari
jenis tuna elektron berpusat banyak.
Dalam larutan, sifat spesies
terpolimerisasi bergantung pada pelarut, sifat sterik dari radikal organik dan
suhu. Dalam Hidrokarbon MeLi, EtLi, n-PrLI, dan beberapa lainnya
adalah heksamer, namun tert-butilitihium, yang tersolfasi. Tidak
terdapat agregat yang lebih kecil dari pada tetramet. Meskipun demikian,
bilamana digunakan pengkelatan amin ditersier, seperti tetrametiletilendiamen
(TMED), Me2NCH2CH2NMe2 diperoleh
kompleks alkillithium monomer yang stabil. Alkil dan aril juga membentuk
kompleks dengan alkil logam lain seperti kompleks dengan Mg dan Zn. Sebagai
contoh:
2LiC6H5 +
Mg(C6H5)2→ Li2[Mg(C6H5)4]
Terdapat keragaman yang luas dalam kreaktifan perbandingan alkil, Li yang
bergantung kepada perbedaan dalam agresasi dan interaksi pasangan ion. Suatu
contoh adalah Bensinlitium, yang berupa monomer dalam tetrahidrofuran dan
bereaksi dengan suatu supstrat tertentu lebih dari 104 kali
lebih cepat dari pada metillithium tetramet. Kompleks TMED monomer yang
disebutkan diatas juga lebih jauh dari reaktif dari pada agregat alkil yang
bersangkutan. Alkillithium dapat mempolilithiasi asitilen,asetonitril, dan
senyawa-senyawa lain, jadi CH3C≡≡ CH memberikan Li4C3,
yang dapat dianggap sebagai turunan C34.
Reaksi alkil lithium umumnya dianggap bersifat sebagai ion karbon. Alkil
alkena, khususnya Isoprena, yang memberikan sampai 90% 1,4-cis-polilisoprena,
sebagai reaksi lainnya dengan alkena telah dipelajari kompleks TMED sekali lagi
luar biasa aktif, tidak hanya berpolomerisasi etilena namun bahkan akan
memelitisasi benzena dan senyawa aromatik, juga bereaksi dengan hidrogen pada 1
atm menghasilkan LiH dan alkana.
2. Senyawa Organo-Natrium
dan Kalium
Semua senyawa
ini benar-benar ionik dan tidak larut sampai batas apa pun dalam hidrokarbon
karena sangat reaktif, peka terhadap udara, dan terhidrolisis kuat dalam air.
Yang terpenting adalah senyawa natrium dari hidrokarbon asam seperti
siklopentadiena, idena, asitilena, dan sejenisnya. Ini diperoleh dari interaksi
dengan logam natrium atau natrium yang dihamburkan dalam tetrahidrofuran atau
dimetilformamida.
2CH5H6 +
2Na → 2C5H5-Na+ + H2
RC≡CH +
Na → RC≡C-Na+ + ½ H2
3. Magnesium
Senyawa
organik dari Ca,Sr, dan Ba sangat ionik dan relatif tidak berguna, namun
senyawa magnesium mungkin adalah yang dipakai paling luas sebagai senyawa
organik yang digunakan sangat luas dalam kimia organik dan dalam sintesis
senyawa alkil dan aril dari unsur-unsur lain. Senyawa ini adalah jenis RMgX
(pereaksi Grignard) dan MgR2. Yang pertama dibuat dengan
interaksi langsung logam dengan suatu halida organik RX dalam suatu pelarut
yang cocok, biasanya suatu eter seperti dietil eter atau tetrahidrofuran.
Reaksinya biasanya paling cepat dalam iodida, RI, dan iod dapat digunakan
sebagai suatu pengionisasi. Pereaksi RMgX digunakan in situ.
Spesies MgR2 paling baik dibuat dengan reaksi kering.
HgR2 +
Mg (berlebihan) →Hg + MgR2
Dialkil atau diaril kemudian diekstraksi dengan sutu pelarut organik. RMgX
sebagai zat terlarut, maupun R2Mg adalah reaktif, dan menjadi peka
terhadap oksidasi dengan udara dan terhadap hidrolisis dengan air.Sifat
pereaksi Grignard dalam larutan adalah rumit dan bergantung pada sifat
gugus-gugus alkil dan halida pada pelarut, konsentrasi dan suhu. Solvasi
terjadi, dan penggabungan lebih utama terjadi dengan halida dari pada karbon
berjembatan, kecuali bagi senyawa metil dimana jembatan oleh gugus CH3 terjadi.
Dalam larutan
encer dan dalam pelarut donor yang lebih kuat, spesies monomer biasanya
menonjol, namun dalam dietil eter pada konsentrasi yang lebih besar dari pada
0,1Mpenggabungan mmenghasilkan polimer linier atau siklis. Bagi pereaksi
Grignard kristal, kedua struktur RMgX.nS dimana n adalah
jumlah molekul pelarut, S, begantung pada sifat R, dan R(S)Mg(µ-X)2Mg(S)R
telah ditemukan. Atom Mg biasaya terkoordinasi tetrahedral. Senyawa seng dan kadmium mirip
dengan senyawa magnesium namun berbeda dalam kereaktifannya. Alkil seng yang
lebih rendah adalah cairan yang mudah menyalah dalam udara dan bereaksi kuat
dalam air.
REAKSI
ORGANOLOGAM
1. Insertion
Reaction
Reaksi
penyisipan merupakan suatu reaksi yang menyisipkan suatu molekul kedalam suatu
senyawa organologam. Molekul yang menyisip kedalam senyawa organologam ini
dapat bertindak sebagai 1,1 insertion dan 1,2
insertion, kedua hal ini merupakan suatu acuan bagaimana molekul ini menyisipkan
dirinya diantara logam dan ligan senyawa organologam yaitu apakah
menggunakan satu atom untuk mengikat logam dan ligan (1,1 insertion)
atau molekul tersebut mempunyai dua atom yang satu mengikat logam sedangkan
atom lain mengikat ligan (1,2 insertion). Contoh reaksi insertion dapat
ditunjukan dari siklus reaksi dibawah ini (reaksi penyisipan di dalam kotak).
Pada reaksi
diatas dapat dijelaskan bahwa senyawa HNi(CO)2Cl
direaksikan dengan senyawa RCH=CH2 maka senyawa
RCH=CH2 akan menyisip diantara logam dengan atom H. Reaksi ini
merupakan 1,2 insertion, dimana ada dua atom C pada senyawa
ini, satu atom C mengikat logam Ni dan atom C yang lain mengikat H, akibatnya
ikatan rangkap pada molekul RCH=CH2 berubah menjadi
tunggal karena elektronnya dipakai untuk mengikat logam dan atom H.
2.
Carbonyl Insertion (Alkyl Migration)
Reaksi
penyisipan karbonil pada dasarnya sama seperti penyisipan biasanya (1,1
insertion dan 1,2 insertion), tetapi yang membedakan
disini adalah yang masuk diantara logam dan ligan adalah molekul karbonil (CO).
Mekanisme reaksi dari penyisipan karbonil diusulkan ada tiga, yaitu penyisipan
secara langsung, migrasi karbonil, dan migrasi alkil. Dari ketiga usulan
mekanisme reaksi ini, dilakukan pengujian melalui eksperimental. Hasilnya
mekanisme penyisipan karbonil yang diterima atau sesuai hasil pengujian adalah
migrasi alkil. Jadi alkil bermigrasi dan terikat pada karbonil, tempat yang
ditinggalkan alkil tadi ditempati karbonil dari luar. Contoh dari penyisipan
karbonil diberikan pada siklus reaksi dibawah ini (dalam kotak):
Dari kedua
gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa reaksi penyisipan karbonil seperti
dijelaskan pada pengantar singkat reaksi penyisipan karbonil diatas, mekanisme
reaksinya adalah migrasi alkil. Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa CH2CH2R
bermigrasi ke CO, tempat kosong pada logam yang ditinggalkan alkil tersebut
selanjutnya diisi oleh CO dari luar.
3.
Hydride Elimination
Reaksi
eliminasi hidrida ini yang sering ditemui adalah reaksi β-elimination yang
merupakan suatu reaksi transfer atom H pada suatu ligan alkil (pada ligan
posisi β terhadap logam) ke logam. Reaksi ini dapat menyebabkan
meningkatnya bilangan oksidasi dan bilangan koordinasi dari logam. Proses
transfer atom H pada alkil posisi β ini terjadi apabila posisi logam,
carbon α, karbon β, dan hidrida koplanar. Contoh reaksi ini adalah
pada siklus Wacker. Pada siklus ini terdapat reaksi β-hibrid-eliminasi
(dalam kotak).
Pada reaksi
diatas dinamakan reaksi β-hidrid-eliminasi karena pada molekul
A, atom H yang terikat pada atom O (pada gugus OH
posisi β terhadap logam), ditransfer menuju ke logam Pd. Pada contoh
reaksi ini ternyata reaksi β-hidrid-eliminasi tidak hanya atom H
milik alkil posisi β, tetapi dapat juga dari atom H dari gugus hidroksil
(OH) pada posisi β. Atom H yang ditransfer ke logam Pd menyebabkan
bilangan koordinasi logam Pd bertambah dari dua menjadi tiga. Hasil akhir dari
reaksi ini adalah terbentuknya molekul B.
4.
Abstraction Reaction
Reaksi
abstraksi merupakan suatu reaksi eliminasi ligan yang tidak akan merubah
bilangan koordinasi logam. Reaksi ini berkaitan dengan pembuangan substituent
pada ligan dengan posisi karbon α dan β terhadap logam.
Pembuangan substituent pada ligan ini dapat terjadi karena pengaruh suatu
reagen eksternal. Contoh dari reaksi ini adalah:
Pada reaksi
diatas (dalam kotak) disebut sebagai reaksi abstraksi dikarenakan terjadi
pembuangan substituent yaitu atom H pada ligan η4-5-exo-RC5H5 (tetrahapto)
yang disebabkan oleh reagen Ph3CPF6. Dari hasil
pembuangan atom H ini, maka ligan η4-5-exo-RC5H5 berubah
menjadi η5-RC5H4. Bilangan koordinasi
logam pada reaksi ini tidak berubah, tetapi bilangan oksidasi logam Fe berubah
dari Fe(0) menjadi Fe(II).
PERMASALAHAN
1) Sebutkan
perbedaan organologam yang berikatan ionik dengan yang berikatan kovalen?
2) Adakah
pengaruh jenis ligan terhadap bentuk geometri dari senyawa kompleks
organologam? Jika ada jelaskan!
3) Apa yang
dimaksud dengan logam elektropositif? Apa pengaruhnya pada reaksi organologam?